Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia: Potensi Besar untuk Bersaing di Pasar Global
Industri mebel, furniture, dan kerajinan buatan Indonesia memiliki daya saing yang kuat untuk bersaing di pasar internasional. Dukungan dari ketersediaan bahan baku yang melimpah, sumber daya manusia kompeten, dan pasar yang terbuka luas menjadikan industri ini memiliki potensi besar untuk menjadi produk unggulan Indonesia di masa mendatang.
Ciri Khas dan Keunggulan Produk Furniture dan Kerajinan Indonesia
Produk furniture dan kerajinan Indonesia memiliki ciri khas yang kuat dengan bahan baku alami. Hal ini menjadikan produk tersebut tetap unggulan di pasar lokal maupun internasional. Meskipun kondisi perekonomian dunia belum sepenuhnya pulih akibat dinamika geopolitik, permintaan terhadap produk mebel dan kerajinan terus tumbuh. Saat ini, China masih menjadi eksportir utama mebel dunia, diikuti oleh Vietnam.
Berdasarkan data Expert Market Research, nilai pasar furnitur global pada 2024 mencapai USD 660 miliar dan diproyeksikan tumbuh 4,9% per tahun dalam periode 2025-2034.
Tantangan dan Strategi Pengembangan Industri Furniture
Ekspor produk mebel dan kerajinan nasional mengalami perlambatan, namun optimisme pertumbuhannya akan kembali meningkat. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui pameran IFEX pada Maret 2025, diharapkan dapat membantu menahan penurunan ekspor pada kuartal berikutnya.
Pasar ekspor masih terbuka lebar, terutama dengan peningkatan pembangunan di sejumlah negara tujuan ekspor. Saat ini, Amerika Serikat dan Eropa masih menjadi tujuan utama ekspor furniture. Himki sedang menggenjot pasar ekspor di kawasan Timur Tengah, India, dan Asia.
Target ekspor industri furnitur nasional diharapkan mencapai USD 6 miliar pada tahun 2030.
Sambutan dari Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita
Pada acara Rakernas HIMKI 2025, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengapresiasi kontribusi HIMKI dalam mendorong industri furnitur nasional. HIMKI dinilai terus bersinergi dengan pemerintah dan pemangku kepentingan untuk mencapai target ekspor dan memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri.
Agus menegaskan pentingnya hilirisasi industri hasil hutan sebagai langkah strategis yang sejalan dengan UU Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian. Hilirisasi ini bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah produk, memperkuat struktur industri, menciptakan lapangan kerja, dan mengurangi ketergantungan pada impor.
Strategi Pengembangan Industri Furniture
Kementerian Perindustrian telah menetapkan lima strategi utama untuk menghadapi tantangan dalam industri furniture, antara lain:
- Memastikan ketersediaan bahan baku dengan membangun rantai pasok yang efisien.
- Menyediakan SDM terampil melalui Politeknik Furnitur dan Pengolahan Kayu di Kendal.
- Memperluas pasar dengan partisipasi dalam pameran internasional dan ekspansi ke pasar non-tradisional.
- Meningkatkan produktivitas dan kualitas produk melalui program restrukturisasi mesin dan peralatan.
- Menciptakan iklim usaha kondusif untuk menarik investasi.
Sinergi antara pemerintah, asosiasi, dan pelaku usaha diharapkan dapat menghasilkan perkembangan positif dalam industri furniture dan kerajinan Indonesia. Dengan dukungan yang kuat, industri ini diharapkan semakin berkembang dan berdaya saing di pasar global.
(zlf/zlf)